Jumat, 16 Desember 2011

Logika pasar bebas = logika invasi militer AS ke Iraq


Apa sih pasar bebas? Tentunya kita semua tahu apa itu pasar bebas, paling enggak ya menurut kita masing-masing aja sesuai sama yang pernah di denger. Okelah, untuk memperjelas apa itu pasar bebas or perdagangan bebas, simak uraian singkat berikut ini.
Pasar bebas ato perdagangan bebas adalah sebuah konsep kegiatan ekonomi yang disebar-luaskan oleh negara-negara kapitalis terutamanya kepada negara-negara berkembang yang berupa pembebasan perdagangan dari pajak, bea cukai, dan hal-hal semacamnya yang dianggap menjadi hambatan dalam kegiatan ekonomi mereka, sehingga produk-produk dari negara-negara yang telah bersepakat untuk mengadakan perjanjian perdagangan bebas ato pasar bebas di antara kedua mereka dapat menjadikan produk-produknya hilir mudik dengan bebasnya mengisi pasar negara patner. Singkatnya, tujuan pasar bebas ato perdagangan bebas ini menjadikan kegiatan ekonomi semurah mungkin dan sebebas mungkin.
Lalu apa yang saya maksudkan dengan logika pasar bebas di sini? Tentunya setiap tindakan pasti akan membawa resiko kepada yang melakukan. Hal ini pun terjadi pada konsep pasar bebas ini sendiri. Menurut saya, tidaklah mungkin negara-negara kapitalis yang notabenenya adalah negara maju di dunia ini mau melaksanakan bahkan menggembar-gemborkan pasar bebas kalo tidak ada maksud di balik pasar bebas itu sendiri. Di sini saya menekankan pada sudut pandang politik dalam melihat pasar bebas sebagaimana invasi AS ke Iraq maupun Afghanistan.
Kembali ke pembahasan tentang pasar bebas, logikanya, apakah mungkin seseorang menantang berkelahi apabila dia tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk memenangkan perkelahian yang akan digelarnya? Pastilah sebelum mengajukan tantangan,sewajarnya orang tersebut mengukur kemampuan dirinya atas lawan-lawan yang mungkin akan menjadi saingannya dalam perkelahian sehingga sudah dapat diprediksi bahwa ia akan menang di sini. Adalah sebuah gamabaran yang sederhana tetapi sangat mewakili bagaimana logika penciptaan pasar bebas. Mudahnya, kita ibaratkan negara-negara kapitalis tadi adalah seseorang yang hendak mengajukan tantangan kelahi, sebelum mengajukan konsep pasar bebas, pastilah negara-negara kapitalis tersebut sudah menghitung bagaimana dirinya pasti akan menang dalam sistem yang ia ciptakan ini. Jika tidak, kenapa harus repot-repot bikin sistem perdagangan yang baru? Karena mereka adalah negara-negara kapitalis (baca:pemilik modal) dengan industri yang sebegitu besarnya, dengan barang-barang produksi sebegitu banyaknya, tentu mereka membutuhkan lahan sebagai pasar. Tempat untuk menjajakan barang produksi mereka. Negara berkembanglah yang menjadi sasaran. Apalagi Indonesia, dengan budaya konsumerismenya yang tinggi, menjadikan Indonesia sebagai lahan yang subur bagi pasar mereka. Kemudian untuk menghapuskan hambatan yang ada, sebenarnya dalam rangka menghemat pengeluaran dari faktor produksi hingga distribusi untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, dibuatlah konsep pasar bebas. Dengan iming-iming, negara berkembang mempunyai kesempatan yang sama dalam persaingan ini. Yang pastinya digambarkan perekonomian negara berkembang akan terus meningkat akibat adanya pasar bebas.
Bagaimanapun juga, pembuat konsep pasti lebih mengerti dengan konsep yang dibuatnya melebihi siapapun. Ia memahami betul belum adanya kesiapan yang benar-benar matang dari negara berkembang seperti Indonesia dalam pelaksaan pasar bebas. Jadilah Indonesia pasar bagi barang-barang impor yang sekarang dengan mudahnya masuk. Dan apa yang diterima Indonesia? Perekonomian menjadi tambah carut marut, banyak pengusaha kelas menengah bawah yang gulung tikar. Walaupun ada juga beberapa yang sukses menghadapi pasar bebas. Tetapi bandingkan dengan negara-negara pembuat konsep, tentu mereka lebih siap menang dari pada kita. Karena memang itulah yang menjadi tujuan asli dari mereka. Mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari pasar bebas. Sisi positif yang dapat kita ambil tentunya adalah bagaimana menyiapkan produk-produk dalam negeri yang mampu bersaing dengan mereka. Tapi masih terlalu jauh saya pikir. Karena kebanyakan produksi kita di segala macam sektor masih banyak dilakukan dengan cara tradisional.
Logika yang sama saya temukan pda kasus invasi AS ke Iraq dan afghanistan. Dimana invasi ke Iraq terutama, menjadi suatu yang sangat tidak mungkin dilakukan apabila benar tuduhan yang disampaikan AS bahwa Iraq mempunyai senjata pemusnah massal. Logikanya, tidak mungkin AS, yang tidak mempunyai senjata pemusnah massal, yang seperti kita ketahui adalah senjata termuthakir abad ini, berani melawan negara yang mempunyai senjata ini. Ini ibarat anak kecil menantang preman untuk berkelahi. Gambaran yang ada pada kita jelas anak kecil tersebut akan kalah telak melawan preman. Tetapi pertanyaan berikutnya, kenapa AS berani melaksanakan invasinya ke Iraq. Logikanya, berarti AS mengetahui dengan pasti bahwa Iraq sama sekali tidak memiliki senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan AS. Dan terbukti, bahwa AS tidak dapat membuktikan tuduhannya tersebut.