Jumat, 25 Februari 2011

perlukah ucapan itu?

banyak dari kita,terutama di kalangan remaja,menganggap pacaran adalah sebuah hal yang sangat lazim terjadi di era ini. tak hanya remaja,para orang tua,sampai ke kakek nenek pun menganggap itu adalah hal yang lumrah. malah justru kalo ada yang belum punya gandengan sementara justru dipertanyakan. hanya kelompok" kanan saja yang kebanyakan masih berpegang teguh akan haramnya hal ini. sekarang,yang lebih lumrah lagi adalah ketika sepasang manusia itu saling mengikatkan diri kepada sebuah ikatan yang notabenenya 'jelas' ( padahal menurut saya itu sama sekali sekali tidak jelas ), orang" yang ada disekelilingnya justru menyelamati atas dimulainya hubungan yang tidak jelas itu. aneh bukan?? mari kita simak.
pertama, kita lihat dari segi hubungan yang terjadi. disina sama sekali terjadi ketidakjelasan status, walaupun statusnya berubah dari bukan milik siapapun menjadi milik seseorang. tetapi apakah itu mempunyai bukti yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa mereka memiliki satu sama lain? padahal kita sebagai manusia tidak memiliki kuasa sedikitpun atas diri kita sendiri. lalu selamat apa yang kita tujukan kepada mereka? selamat dunia akhirat?
yang kedua, di dalam agama Islam sangat jelas, mendekati zina itu dilarang. lha apalagi ini, yang sangat menjurus ke zina. walaupun zina disini bukanlah zina besar. tetapi waspadalah, berawal dari keterikatan ini, masing" personal merasa sah" saja melakukan apapun terhadap yang dimilikinya. parahnya lagi jika mereka melakukan 'sesuatu' dengan didasari rasa cinta antara keduanya. patutkah kita memberi selamat kepada pelaku yang akan melakukan zina? saya tidak setuju dengan ini.
kemudian, saya pribadi heran dengan pola pikir yang ada di masyarakat kita ini. di sini terbentuk pola pikir yang salah menurut saya. seperti, ketika ada orang yang melakukan kawin siri, banyak pihak yang mencela. padahal agama saja sudah menganggapnya sah. itu adalah salah satu alternatif untuk mencegah zina. tetapi mengapa justru dihujat? pada kasus Syeh Puji, di sini juga terdapat keanehan, beliau datang baik" ke rumah Ulfa, berbicara dengan orang tuanya,meminta ijin untuk menikahi anaknya. Syeh Puji sudah melakukan apa yang seharusnya beliau lakukan untuk mendapatkan Ulfa. dan ternyata kelurga Ulfa menerima lamaran itu. apa yang salah? hanya karena Ulfa anak di bawah umur? cobalah bandingkan dengan pacaran atau kumpul kebo yang banyak terjadi di masyarakat kita. lebih baik mana? pacaran, jelas status halal belum diperoleh dalam hubungan itu. apalagi kumpul kebo atau malah prostitusi. itu sudah jauh dari norma agama. agaknya sudah banyak persepsi yang salah yang telah berkembang dan berakar di dalam masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar